Saat ini semua orang ngomong metaverse karena FOMO (fear of missing out), sekaligus FOLO (fear of looking old)
Dari Syahrini hingga Jokowi… dari webinar-webinar serius hingga obrolan nglantur di WAG… semua latah ngomongin NFT, kripto, metaverse.
Padahal kalo ditanya: “apa itu metaverse?”
Saya yakin 99% dr mereka akan gelagepan jawabnya
Agar nggak malu maka kemudian dijawab sekenanya Metaverse itu: “virtual reality”, or “masa depannya Facebook”, or “tempat jualan NFT”
Nah, biar nggak gelagepan kalo ditanya apa itu Metaverse, saya coba share salah satu definisi Metaverse dari Matthew Ball, salah seorg industry authority di bidang ini.
Coba cermati kata demi kata dari definisi tersebut dari slide 1-3. Coba dicerna pelan-pelan. Bingung kan? Saya pun bingung
Metaverse menurut Ball adalah NETWORK yang merupakan evolusi transformatif dari INTERNET dan MOBILE INTERNET.
Itu sebabnya Zuck menyebutnya sebagai “the future of internet”. Pakar menyebut internet dan mobile internet sebagai “Web2”, semntara metaverse internet sebagai “Web3” (lihat tabel “Web2 vs Web3”)
Kalo internet dan mobile internet menghasilkan “2D EXPERIENCES” via screen. Maka METAVERSE INTERNET menciptakan “3D IMMERSIVE EXPERIENCES” via perangkat seprti Oculus.
Kenapa internet jenis baru ini demikin ENGAGING dan berpotensi MENDISRUPSI internet yang kita kenal selama ini?
Karena ia mghasilkan pengalaman REAL-TIME n menciptakan SENSE OF PRESENCE melalui “agen” yang sering kita sebut sebagai AVATAR.
Kenapa kita demikian boring meeting di zoom? Karena pengalaman yang diciptakan zoom sebatas 2D experiences: kita tak mengalami sense of presence.
Sarat bekerjanya metaverse ada 8 elemen:
- Hardware (VR headset, etc)
- Computing Resources
- Networking (fixed, mobile, etc)
- Virtual Platform (Meta, etc)
- Interchange Tools & Standard (WebXR, etc)
- Payment Service (cryptocurrency, etc)
- Content, Services, Assets (NFT, etc)
- User/Avatar Bevahior
Semoga membantu.
Follow @yuswohady
