Pandemi COVID-19 telah memaksa perubahan yang harusnya berlangsung dalam 5-10 tahun menjadi hanya dalam waktu 5-10 bulan. Itu sebabnya konsumen struggling menjalaninya.
Meskipun awalnya sarat dengan penolakan (denial) yang kemudian diikuti dengan resistensi (resistence), tapi karena paksaan keadaan, kita akhirnya mencoba, bereksperimen, dan bereksplorasi (exploration). Pada akhirnya kita menerima dan berkomitmen (commitment) untuk melakukan perubahan perilaku dan membentuk kebiasaan baru.
Proses denial-resistence-exploration-commitment tersebut dipercepat dari 5-10 tahun menjadi hanya 5-10 bulan. Kita sebagai konsumen diceburkan ke dalam kolam renang dan “dipaksa berenang” sehingga kebiasaan-kebiasaan baru muncul dalam ukuran beberapa minggu atau bulan, bukan bertahun-tahun.
Perubahan perilaku konsumen yang supercepat dan superdrastis ini tentu menimbulkan guncangan tak hanya bagi konsumen, tapi juga bagi para marketers. Ya, karena dengan perubahan tersebut, setiap marketer akan menghadapi the whole new world: gaya hidup (consumer lifestyle) yang sama sekali baru, preferensi, prioritas dan pola pengambilan keputusan pembelian yang sama sekali baru dan akhirnya market’s rules of the game yang sama sekali baru pula.
Lalu bagaimana perubahan perilaku konsumen seiring dengan intensifnya pengaruh pandemi COVID-19 ini?