Sekali lagi BANK DIGITAL melakukan gebrakan fenomenal.
Tahun lalu Bank Jago bikin heboh krn lompatan fantastis harga sahamnya dr hanya 400 perak (2019) mjd lbh dr Rp 18.000 (7/2021) dgn kapitalisasi pasar Rp 395 triliun.
Dua hari lalu, giliran Allo Bank bikin gebrakan dgn melakukan aksi korporasi menggaet investor2 strategis melalui right issue.
Investornya semua kelas kakap: CT Corp, Grup Salim, Bukalapak, Grab, Traveloka, Growtheum, hingga Carro. Dan mastermind di balik aksi korporasi ini tak lain adl Chaerul Tanjung pemilik CT Corp.
Pandemi tlh mengakselerasi transformasi digital dmn semua pemain adu cepat utk mjd PENGUASA EKOSISTEM.
Inilah modus operandi di balik aksi korporasi Allo Bank: yaitu utk mjd penguasa ekosistem.
Bgmn penguasaan ekosistem ini diwujudkan? Satu kata: SINTEGRASI “SINERGI melalui INTEGRASI”
Melihat deretan investor yg digaet Allo Bank di atas, mk 2 yg pertama yaitu CT Corp n Grup Salim adl raksasa EKOSISTEM FISIK.
Dua grup bisnis ini memiliki mulai dr Transmart, TV/media, theme park, Indomaret, Indomarco, F&B, hingga otomotif.
Smntara Bukalapak, Grab, Traveloka, n Carro kita tahu adl unicorn yg merupakan raksasa EKOSISTEM DIGITAL.
Apa jadinya klo ekosistem fisik itu di-SINTEGRASI dgn ekosistem digital?
Yg terjadi adl penguasaan ekosistem yg luar biasa besar n tak tertandingi. Persis sprti dikatakan CT bhw: “We are the biggest ecosystem”.
Ini pula yg mjd alasan kenapa Gojek merjer dgn Tokopedia mjd GoTo.
Penggabungan ekosistem fisik n digital adl KENISCAYAAN tren dunia yg tdk bs dilawan.
Apa pelajaran dr langkah kuantum Allo Bank?
Bhw Anda tak bs membangun ekosistem sendirian. Anda hrs bekerja bersama2, bahu-membahu dgn partner utk mengintegrasikan ekosistem fisik n digital.
Atau dgn kata lain KOLABORASI adalah HARGA MATI.
Anda tak akan memenangkan kompetisi klo tak punya KONGSI.
KOLABORASI atau MATI.
Follow @yuswohady