Pandemi COVID-19 mendorong konsumen beradaptasi dengan digital. Karena berbagai aktivitas konsumen sebagian besar dilakukan di rumah termasuk dalam hal berbelanja kebutuhan pokok maupun lainnya. Tak hanya itu selama pandemi berbelanja online tidak hanya dilakukan secara sesekali saja (occasional) namun secara reguler (habitual). Maka layanan delivery dan logistik selama pandemi mengalami peningkatan yang signifikan akibat dari perubahan perilaku konsumen. Dimana hampir semua proses bisnis dan pertukaran barang hanya dapat dilakukan melalui delivery. Lantas, bagaimana perusahaan delivery dan logistik dapat menggunakan momentum ini untuk memaksimalkan layanannya?
Kami di Inventure melakukan analisis tiga faktor kunci yang akan memengaruhi industri Parcel (last mile delivery) di tahun 2021. Tiga faktor itu adalah faktor perubahan lingkungan makro (Changes), pergeseran perilaku konsumen (Customer), dan gerak pelaku industri (Competition). Dinamika ketiga faktor perubahan itu pada gilirannya akan memengaruhi carut-marut bisnis Parcel (last mile delivery) di tahun 2021.
Untuk menyederhanakan analisis, kami menggambarkannya dalam bentuk tiga lapis lingkaran seperti terlihat pada bagan. Lingkaran luar adalah elemen Changes. Lingkaran tengah adalah elemen Consumer. Dan lingkaran dalam adalah elemen Competition.
#1. Outer-Circle: Changes
Perubahan di tingkat makro meliputi perubahan ekonomi, politik, teknologi, regulasi dan kebijakan pemerintah, hingga perubahan sosial-budaya di masyarakat.
Global Supply Chain Disruption
Pandemi COVID-19 nyatanya telah mengacaukan rantai pasok global secara dramatis dimana distribusi barang mengalami kemandegan. Terutama di saat lockdown di berbagai negara mulai diterapkan. Alhasil proses ekspor-impor barang mengalami pembekuan. Akibatnya banyak pabrik yang menghentikan sementara produksinya, terutama pabrik-pabrik yang bergantung pada bahan baku impor. Tak hanya itu, perusahaan transportasi pun mulai mengurangi operasinya. Dengan demikian, sektor logistik global otomatis mengalami gangguan dan penurunan distribusi.
E-commerce Effect
Pandemi COVID-19 mendorong jumlah transaksi e-commerce meningkat secara signifikan. Masyarakat mulai terbiasa berbelanja secara online. Alhasil pandemi menjadi momentum pertumbuhan e-commerce. Dampaknya layanan delivery dan logistik meningkat pesat seiring dengan adanya tren online shopping dan stay at home lifestyle yang booming di masa pandemi.
Accelerated Digital Economy
COVID-19 menciptakan era baru yang begitu besar dampaknya bagi umat manusia yaitu: “The Virtual Century”. Sebuah abad baru dimana semua orang bekerja (work), belajar (learn) dan bermain/menikmati hiburan (play) dengan menggunakan perangkat digital dan online platform. Rupanya pandemi mempercepat proses migrasi digital dan menciptakan “The renaissance of digital adoption”. Welcome the virtual society.
#2. Mid-Circle: Customer
Perubahan konsumen mencakup perubahan kebutuhan, preferensi, prioritas, hingga kebiasaan dan gaya hidup
More Local Preference
Pandemi COVID-19 telah mendisrupsi rantai pasokan global. Produksi dan distribusi barang pada tingkat global mengalami pemberhentian sementara akibat dari adanya kebijakan lockdown. Menilik kondisi tersebut maka preferensi konsumen mengalami pergeseran. Konsumen lebih memilih produk dalam negeri atau lokal dibandingkan dengan produk impor. Singkatnya tren poduk lokal akan mengalami peningkatan penjualan sehingga sektor layanan delivery dan logistik perlu meningkatkan layanan logistik dalam negeri.
Stay @ Home Lifestyle
Penetrasi digital yang tinggi selama pandemi dan ketakutan masyarakat akan tertular virus COVID-19 di tempat umum menciptakan suatu gaya baru dengan apa yang disebut sebagai stay @ home lifestyle. Stay @ Home lifestyle sendiri merupakan segala aktivitas working-living-playing yang praktis dilakukan dirumah. Akibat dari adanya penerapan pembatasan sosial berskala besar sebagai respon dari penyebaran virus yang belum terkendali sehingga mobilitas dihentikan sementara dan memaksa orang untuk berdiam diri di rumah
“Mager” Generation
Di tengah ancaman pandemi COVID-19 yang terus mengintai, masyarakat semakin cepat mengadopsi teknologi digital. Terlebih dibarengi dengan pertumbuhan aplikasidigital yang semakin memudahkan hidup konsumen. Alhasil generasi mager (“malas gerak”) dan generasi “rebahan” makin subur dan masif pasca pandemi. Alasannya orang dapat dengan mudah berbelanja, memesan makanan, menonton film dan mendengarkan musik secara online di rumah tanpa harus pergi ke luar rumah.
#3. Inner-Circle: Competition
Perubahan kompetisi memotret gerak para pemain di industri akibat pandemi yang pada gilirannya akan membentuk rule of the game baru dan mengubah peta persaingan.
Contactless & Unattended Deliveries Get Momentum
Selama pandemi, tren social distancing menjadi hal yang wajib dilakukan dan membentuk kenormalan baru. Alhasil memunculkan gaya hidup baru dengan apa yang disebut sebagai contact-free lifestyle, dimana segala aktivitas konsumen dilakukan dengan meminimalisir sentuhan fisik. Dengan munculnya tren tersebut maka bisnis logistik perlu menawarkan fitur baru untuk mendukung gaya baru ini dengan apa yang kami sebut sebagai contactless delivery. Penyedia layanan delivery perlu menyediakan sistem tanpa kontak melalui sistem pengantara estafet dari kurir ke konsumen. Konsumen tidak akan menerima barang dari kurir melainkan paket disimpan di loker khusus yang hanya bisa diakses dengan IoT.
The Rise of Instant & Same-day Delivery
Selain menyediakan fitur contactless delivery sebagai respon dari maraknya trend contact-free lifestyle, layanan delivery dan logistik juga perlu menyiapkan layanan baru kepada konsumen yaitu same-day delivery atau pengiriman paket tidak lebih dari satu hari. Salah satu prioritas konsumen dalam memilih jasa delivery adalah kecepatan, tepat waktu dan keamanan barang. Konsumen tidak suka menunggu terlalu lama terlebih lagi untuk barang-barang kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman.
New Competiton (From E-commerce Players & Digital-Native Startups)
Pandemi COVID-19 mampu merubah preferensi channel konsumen saat berbelanja yaitu dari offline ke online. Konsumen secara cepat beradaptasi dengan kebiasaan belanja online. Dampaknya jumlah transaksi e-commerce harian mengalami peningkatan. Pandemi menjadi momentum bagi pertumbuhan e-commerce. Sementara di sisi lain, aplikasi digital (digital-native startups) selama pandemi pun mengalami peningkatan transaksi harian. Hal ini mendorong para pemilik brand untuk mulai mendirikan aplikasi digitalnya sendiri. Alhasil, ke depannya persaingan antara pemain e-commerce dengan aplikasi digital-native startups semakin tinggi dan memanas. Peningkatan transaksi online baik di e-commerce maupun di digital-native startups mendorong para pelaku industri logistik dan delivery untuk segera memanfaatkan momentum persaingan ini, salah satunya dengan melakukan kolaborasi pengiriman.