Pandemi COVID-19 tidak hanya merubah preferensi konsumen dalam hal spending saja namun juga membentuk customer journey baru yang menggambarkan pola perilaku konsumen saat berbelanja. Fakta yang paling dapat diamati yaitu bagaimana konsumen cepat beradaptasi dengan kebiasaan berbelanja online. Alhasil pandemi COVID-19 mempercepat ritel ke dunia digital. Dengan demikian, hal ini bisa menjadi titik terang bagi industri retail dan CPG untuk menyambut ekonomi pasca pandemi, dimana banyak perilaku konsumen yang akan berubah. Sehingga industri retail dan CPG pun harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan baru konsumen pasca COVID-19
Kami di Inventure melakukan analisis tiga faktor kunci yang akan memengaruhi industri retail dan CPG di tahun 2021. Tiga faktor itu adalah faktor perubahan lingkungan makro (Changes), pergeseran perilaku konsumen (Customer), dan gerak pelaku industri (Competition). Dinamika ketiga faktor perubahan itu pada gilirannya akan memengaruhi carut-marut bisnis retail dan CPG di tahun 2021.
Untuk menyederhanakan analisis, kami menggambarkannya dalam bentuk tiga lapis lingkaran seperti terlihat pada bagan. Lingkaran luar adalah elemen Changes. Lingkaran tengah adalah elemen Consumer. Dan lingkaran dalam adalah elemen Competition.
#1. Outer-Circle: Changes
Perubahan di tingkat makro meliputi perubahan ekonomi, politik, teknologi, regulasi dan kebijakan pemerintah, hingga perubahan sosial-budaya di masyarakat.
Global + National Recession
Pandemi COVID-19 telah memukul perekonomian seluruh negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Beberapa negara termasuk Indonesia telah mengonfirmasi bahwa ancaman resesi tidak terelakkan. Dampaknya yaitu, konsumen mulai mengurangi pengeluaran.
Economic Uncertainty
Penyebaran virus COVID-19 yang belum terkendali mengakibatkan ketidakpastian ekonomi. Dengan situasi ekonomi yang tidak pasti dan berdampak pada pendapatan masyarakat, maka konsumen akan mengatur ulang keuangan mereka. Termasuk menunda membeli barang yang sifatnya bukan primer di situasi seperti ini.
Intermittent Social-Distancing
Pembatasan sosial dampak dari COVID-19 memberikan pukulan telak bagi industri resto dan FnB. Sejumlah gerai terpaksa harus ditutup sehingga berdampak pada sistem operasional karena praktis untuk pemasukan hanya bisa mengandalkan dari layanan delivery dan take away.
#2. Mid-Circle: Customer
Perubahan konsumen mencakup perubahan kebutuhan, preferensi, prioritas, hingga kebiasaan dan gaya hidup.
Digital Maturity Availability
Selama pandemi transaksi di e-commerce meningkat pesat. Aktivitas belanja online konsumen Indonesia dapat dikatakan telah mencapai fase widening dan deepening. Artinya, konsumen tidak hanya berbelanja di e-commerce untuk kebutuhan sekundersaja tetapi juga kebutuhan primer seperti bahan pokok makanan (widening). Dari segikuantitas konsumen langsung membeli banyak dengan memanfaatkan program promodi e-commerce (deepening).
Hyper-value Customer
Digital erat kaitannya denga efisiensi biaya. Maka dari itu, dengan adopsi digital yang begitu masif selama pandemi, konsumen semakin teredukasi menjadi hyper-value. Konsumen lebih realistis ketika harus mengeluarkan uang yaitu mempertimbangkan harga dengan kualitas yang didapat.
Health & Well-being Concern
Pandemi telah meningkatkan kepedulian terhadap well-being (kesehatan & kesejahteraan). Hal ini sangat berpengaruh pada preferensi konsumen dalam memilih produk. Konsumen akan cenderung memilih produk yang dapat mendukung gaya hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan kualitas hidup.
#3. Inner-Circle: Competition
Perubahan kompetisi memotret gerak para pemain di industri akibat pandemi yang pada gilirannya akan membentuk rule of the game baru dan mengubah peta persaingan.
BOPIS Revolution Availability
Dengan preferensi konsumen yang lebih nyaman berbelanja online, kedepannya toko bukan lagi sebagi tempat jual beli melainkan hanya untuk display produk dan gudang. Sebelumnya, konsumen sudah mencari dan membeli produk melalui platform ecommerce sementara untuk pengambilan tetap di toko fisik. Pandemi akan melahirkan era baru yaitu BOPIS (Buy Online, Pick up Service) Revolution. Dengan adanya layanan ini, konsumen akan semakin dimudahkan untuk membeli produk.
One-Stop Shopping
Di era digital, konsumen sangat mendambakan kemudahan dalam berbelanja. Oleh karena itu, konsumen akan cenderung setia dengan satu toko yang menjual berbagai kebutuhan yang menerapkan konsep one-stop shop. Jika sebelum pandemi, toserba identik dengan toko fisik kini toserba pindah ke e-commerce atau marketplace.
Omni-Channel Strategy
Kedepannya konsumen tidak ingin dipusingkan dengan dikotomi antara toko offline dan online. Pandemi mendorong peritel untuk melakukan omni-channel yaitu toko fisikmemiliki toko di e-commerce atau marketplace begitu juga sebaliknya. Untukmendapatkan loyalitas, konsumen ingin memiliki keleluasaan untuk berbelanja melaluisemua channel yang dimiliki oleh toko.