ARUNA SOCIAL SOLUTION IS A BIG BUSINESS
Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah. Negeri ini juga punya garis pantai terpanjang kedua di dunia.
Sayangnya, nelayan Indonesia berpendapatan cekak, kurang dr Rp 1,2 jt per bulan. Fakta ironis ini menimbulkan keprihatinan tiga mahasiswa Utari Octavianty, Indraka Fadhillah & Farid Aslam.
Melihat kemiskinan nelayan, mereka bertanya2: mengapa masyarakat pesisir cenderung tak sejahtera? Mengapa nelayan hanya bs menjual tangkapannya ke tengkulak?
Mengapa masyarakat negara bahari seperti Indonesia, konsumsi ikannya rendah?
Melihat problem tersebut ketiga anak muda ini kmd mendirikan Aruna tahun 2016. Tujuannya, membangun ekosistem perikanan dari hulu ke hilir dengan bantuan teknologi.
Dgn visi “Laut untuk Semua” Aruna membangun aplikasi yg menjembatani nelayan dgn pembeli, baik di dalam maupun di luar negeri. Tujuan akhirnya adl mendongkrak pendapatan nelayan.
Aruna juga berkomitmen mendorong praktik perdagangan ikan yang bertanggung jawab dan keberlanjutan.
“Yang pertama soal keberlanjutan supply ini yang ditawarkan dan itu menjadi poin yang menarik ketersediaan ikan akan selalu ada dan yang kedua kita punya fitur teknologi semacam traceability, jadi buat beberapa negara yang sangan concern terkait keterlacakan kita bisa memberitahukan informasi produk secara lengkap” Ungkap Utari
Respon nelayan positif. Saat ini, Aruna telah membangun 40 pusat komunitas nelayan di 31 kabupaten. Mayoritas di desa pesisir yg belum terjangkau perusahaan perikanan.
SOCIAL IMPACT-nya jg terasa. Menurut Farid, CEO Aruna, rata2 penghasilan nelayan mitra naik dari Rp 2 jt menjadi Rp 15 jt per bulan. Saat ini sekitar 11.000 nelayan menjadi mitra Aruna.
Bagi Aruna, teknologi itu bukan utk mggantikan peran manusia, tapi utk membantu agar mrk bisa berpikir lbh strategis.
“Untuk itulah kami menciptakan teknologi yang membantu para putra daerah agar dapat menjadi AGEN PERUBAHAN,” ungkap Utari.
So inspiring: “technology for HUMANITY”
