NEW NORMAL sudah didepan mata. Kita sudah “keluar dari gua” dan menjalani hidup yang berbeda sama sekali dengan yang kita jalani sebelum pandemi mewabah.
Berikut ini adalah 100 prediksi kami tentang situasi di kenormalan baru dimana akan muncul perilaku baru, kebiasaan baru, gaya hidup baru, budaya baru atau pola pikir baru. Welcome to whole new life: Life after COVID-19
Untuk kali ini kami membahas secara khusus prediksi mengenai Shopping & Consuming
#37 Online Shopping Deepening
Wabah COVID-19 membuat banyak orang berdiam diri di rumah sehingga toko online menjadi salah satu pilihan untuk berbelanja. Alhasil belanja online menjadi satu alternatif bagi banyak orang. Serta pembelian produk pun mulai bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang sifatnya kebutuhan (needs).
Sehingga kami mengatakan, COVID-19 telah membuat pola belanja konsumen secara online semakin melebar (widening). Konsumen mulai membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari (daily needs) secara online.
Tak hanya melebar, dari hanya pembelian barang non-essensial ke barang essensial, COVID-19 juga memaksa konsumen melakukan pembelian online lebih besar (deepening).
#39 Shop Local
Terputusnya rantai pasokan ekonomi dalam skala global berdampak pada proses produksi dan distribusi barang yang terkendala. Sementara di sisi lain, stok barang, terutama untuk produk kesehatan dan makanan mengalami penipisan sedangkan permintaan barang terus mengalami kenaikan. Akibatnya stok barang kosong, terjadi kelangkaan dan harga barang melambung tinggi.
Untuk alasan itu, baik perusahaan maupun konsumen menjadi lebih sadar mengenai sumber produksi barang, efeknya, preferensi konsumen mengalami pergeseran. Konsumen lebih memilih produk dengan stok barang yang terjangkau, sehingga pengiriman lebih cepat dan barang masih dalam kondisi aman. Singkatnya tren produk lokal akan mengalami peningkatan penjualan baik selama maupun setelah pandemi.
#40 Close-Loop Shopping
Di saat PSBB diberlakukan, marak aktivitas penawaran atau jualan produk melalui aplikasi WhatsApp dengan cara nge-share produk dagangannya di berbagai pesan grup yang mengandalkan tali pertemanan. Closed-loop commerce ini melibatkan jaringan pertemanan, dimana konsumen adalah sesama teman, kerabat, atau rekan kerja si penjual. Motifnya sederhana orang saling tolong-menolong selama masa sulit: saling menjual dan saling membeli.
Close-loop commerce atau jual-beli antar teman melalui platform digital adalah bentuk survival para pelaku UKM di Tanah Air yang didukung munculnya tren empathic society. Ya, karena motif jual-belinya tak melulu karena alasan bisnis tapi juga sosial.
Proses jual-beli tersebut terbentuk sebagai bentuk kepedulian antarteman mengingat banyak kelompok masyarakat yang terkena lay-off atau bisnisnya tutup karena tidak lagi ada pembeli.
#42 Store Going Omni: Buy Online PickUp in Store (BOPIS)
Setelah masa karantina berakhir, orang mulai nyaman berbelanja secara online. Industri ritel perlu menata ulang kembali strategi bisnisnya terutama untuk toko fisik. Mengingat preferensi belanja konsumen mengalami perubahan secara permanen. Konsumen akan melakukan kunjungan toko hanya jika diperlukan dengan prioritas secepat dan seaman mungkin. Disisi lain konsumen menginginkan pengiriman cepat saat berbelanja online.
Kondisi tersebut menjadi value tersendiri bagi perusahaan ritel untuk melakukan inovasi baru yaitu menggabungkan penjualan online dengan penjemputan fisik atau disebut BOPIS (buy online pickup in store). Di sisi konsumen BOPIS dapat menjadi solusi atas permasalahan pengiriman produk yang seringkali memakan waktu lama.
Sementara di sisi perusahaan, layanan BOPIS perlu ditingkatkan dengan cara menyediakan tempat pick-up sebanyak mungkin berdasarkan pemetaan track record konsumen sekaligus menjadi solusi atas permasalahan toko fisik.
#43 Health & Safety Confidence Is a Must
Selama pandemi COVID-19, cara konsumen memilih produk berubah. Mereka prefer pada produk yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan. Ya, karena COVID-19 mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan jika tidak ingin tertular, baik dalam mengonsumsi, mengelola, maupun menyajikan produk. Kini jaminan kesehatan dan keamanan produk adalah keharusan.
Alhasil, di masa COVID-19 brand loyalty berada di ujung tanduk, brand harus dapat menjaga kepercayaan konsumen dengan memastikan bahwa apa yang di-deliver ke konsumen telah mengikuti protokol COVID-19. Contohnya, memberikan bukti cek suhu tubuh semua pegawai yang melayani order, menyediakan hand sanitizer, atau memakai masker saat melayani pelanggan.
Singkatnya, brand loyalty tercipta jika produsen bisa secara konsisten menjamin bahwa produk yang di-deliver aman bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. Sebab, jaminan ini penting di masa-masa awal new normal. Build customer confidence, then you will get their loyalty.